RAB

 PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN PELAKSANAAN
I.           KOMPONEN BIAYA
1.      Gaji/tunjangan staf proyek
Gaji dan atau tunjangan yang diberikan kepada staf yang ditugaskan di proyek. Gaji diberikan untuk karyawan tidak tetap, sedangkan tunjangan diberikan untuk karyawan tetap.
2.      Harga bahan
Harga semua bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek. Berbeda dengan harga bahan untuk penawaran, harga bahan yang dicantumkan pada RAP ada adalah harga riil dari toko atau supplier dengan ditambah kenaikan harga tak terduga.
3.      Upah kerja
Upah kerja adalah upah untuk pelaksanaan setiap item pekerjaan yang dapat diperoleh berdasarkan analisa atau upah borong kerja yang ditawarkan mandor dan disetujui oleh pelaksana. Upah kerja yang diperoleh dari hasil analisa harus mendekati upah kerja riil.
4.      Alat bantu kerja
Dalam pelaksanaan pekerjaan proyek, selalu diperlukan alat bantu kerja baik yang diadakan dengan cara membeli, menyewa maupun menggunakan milik sendiri. Yang dimaksud dengan alat milik sendiri adalah alat yang dimiliki oleh kontraktor atau tukang. Untuk alat milik sendiri jika untuk pengoperasiannya memerlukan biaya, harus dihitung biaya operasional dan perawatan ringan yang diperlukan. Alat bantu kerja dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
a.      Alat bantu umum, yaitu alat bantu yang digunakan untuk berbagai jenis pekerjaan, misalnya: cangkul, sekop, kereta dorong, mixer, pompa air dsb
b.      Alat bantu khusus, yaitu alat bantu yang digunakan secara khusus untuk jenis pekerjaan tertentu, misalnya: vibrator, concrete pump, mesin las, gergaji dsb.

II.         CARA PERHITUNGAN
1.      Perhitungan gaji/tunjangan staf proyek
Dihitung berdasarkan gaji per orang per bulan (OB) dikalikan waktu pelaksanaan proyek.
2.      Perhitungan harga bahan
Dihitung berdasarkan jumlah (volume) dikalikan harga satuan dimana:
a.      Jumlah (volume) bahan dihitung berdasarkan jumlah (volume) sesuai dengan ketentuan yang berlaku di pasaran, misalnya: besi Ø 12 = Rp.65.000/lonjor, pasir pasang Rp.120.000/m3, engsel pintu = Rp.35.000/pasang, keramik = Rp.36.500/kotak dsb.
b.      Harga satuan bahan dihitung berdasarkan harga riil dari toko atau supplier dengan ditambah kenaikan harga tak terduga. Besarnya tambahan kenaikan harga tak terduga sesuai dengan prakiraan (forcast) dari masing-masing estimator (biasanyan berkisar antara 2% d/d 5%).
3.      Upah kerja
Dalam menghitung upah kerja untuk rencana anggaran pelaksanaan, dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
a.      Menggunakan tabel borong kerja dari mandor, yaitu tabel upah kerja yang ditawarkan oleh mandor untuk melaksanakan pekerjaan tertentu, misalnya: pasang tembok = Rp.12500/m2, plesteran = Rp.8000/ m2, pasang keramik = Rp.11000/ m2 dsb.
b.      Menggunakan analisa harga satuan yang memiliki akurasi cukup baik dengan upah kerja riil yang berlaku di lapangan, baik menggunakan model analisa yang sudah umum dipakai dalam proyek atau analisa sendiri yang diperoleh dari pengalaman.
4.      Alat bantu kerja
Dalam menghitung anggaran untuk alat bantu kerja, selain memperhatikan jenis dan penggunaannya juga perlu diperhitungkan tentang tata cara pengadaannya, yang dapat dirinci sbb:
a.      Pengadaan alat dengan cara membeli
Alat-alat bantu kerja yang diadakan dengan cara membeli diupayakan hanya alat-alat bantu kerja yang tidak dimiliki oleh kontraktor dan tukang serta tidak membutuhkan dana yang terlalu besar sehingga tidak memberatkan anggaran pelaksanaan proyek, misalnya: cangkul, sekop, ember, benang, slang plastic, kereta dorong (dalam jumlah yang sedikit, jika sangat dibutuhkan), dsb.
b.      Pengadaan alat-alat dengan cara sewa
Alat-alat bantu kerja yang diadakan dengan cara sewa diupayakan hanya alat-alat bantu kerja yang tidak dimiliki oleh kontraktor dan tukang yang pengadaannya membutuhkan dana yang cukup besar sehingga akan memberatkan anggaran pelaksanaan proyek jika diadakan dengan cara membeli, misalnya: mixer beton, genset, vibrator, pompa air, truck, concrete pump, dsb.
 c.       Penggunaan alat dari milik sendiri
Penggunaan alat-alat bantu kerja milik sendiri dapat diadakan oleh kontraktor, sub kontraktor atau tukang yang bekerja pada proyek tersebut. Anggaran yang perlu diperhitungkan adalah biaya mobilisasi dan demobilisasi alat, biaya operasional dan pengembalian dari nilai investasi jika alat tersebut harganya cukup mahal serta dipakai berulang-ulang pada proyek lainnya.  Alat yang biasanya dimiliki oleh kontraktor adalah concrete mixer, vibrator, pompa air, truck dan genset. Sedangkan alat yang dimiliki oleh tukang adalah alat utama untuk mereka dapat bekerja, misalnya alat tukang batu adalah martil, cetok, raskam, unting-unting dsb.
d.      Alat bantu yang dibuat di lapangan
Alat bantu kerja yang dibuat dilapangan pada umumnya adalah alat bantu sederhana dan hanya digunakan di  satu lokasi proyek, misalnya: profil pondasi, meja pembengkokan tulangan, andang dsb. Dalam menentukan anggaran alat bantu yang dibuat sendiri biasanya hanya ditaksir berdasarkan jumlah bahan yang diperlukan dan upah pembuatannya.

III.       CONTOH PERHITUNGAN RAP
1.      Gaji/tunjangan staf proyek
Waktu pelaksanaan proyek berdasarkan kontrak adalah 120 hari
Anggaran untuk gaji/tunjangan staf proyek adalah sbb:

a.
Tunjangan koordinator pelaksana
= 1 x 4 x Rp.2.500.000
= Rp.10.000.000
b.
Gaji pelaksana sipil
= 1 x 4 x Rp.2.000.000
=   Rp.8.000.000
c
Gaji pelaksana ME
= 1 x 3 x Rp.2.000.000
=   Rp.6.000.000
d.
 Gaji bagian logistik
= 1 x 4 x Rp.1.750.000
=   Rp.7.000.000
e.
Gaji bagian gudang
= 1 x 4 x Rp.1.250.000
=   Rp.5.000.000
f
Gaji security
= 2 x 4 x Rp.1.000.000
=   Rp.8.000.000
Jumlah
 =Rp.44.000.000
2.      Pengadaan alat bantu
a.      Pengadaan alat dengan cara membeli dihitung sbb:

Nama Alat
Jumlah
Harga
Jumlah Harga
Cangkul
5 buah
Rp.40.000
Rp.200.000
Sekop
6 buah
Rp.50.000
Rp.300.000
Ganco
2 buah
Rp.60.000
Rp. 120.000
Ember plastik
20 buah
Rp.8.000
Rp.160.000
Slang waterpas
10 m1
Rp.1.000
Rp.10.000
Slang air Ø ¾
20 m1
Rp.5.000
Rp.100.000
Benang
1 dos
Rp.8.000
Rp.8.000
Jumlah
Rp.898000
b.      Pengadaan alat bantu dengan cara sewa, selain harga sewa juga perlu diperhitungkan biaya mobilisasi dan demobilisasi. Pada prinsipnya cara menghitung sewa alat adalah jumlah alat x harga sewa per satuan waktu x jumlah waktu ditambah biaya mobilisasi dan demobilisasi (jika ada).
c.        Pengadaan alat bantu milik sendiri, perlu diperhitungkan biaya mobilisasi dan demobilisasi, biaya operasional dan pengembalian (return) nilai investasi dari pembelian alat tersebut (jika nilai pembelian alat tsb cukup mahal). Pada prinsipnya cara menghitung sewa alat adalah jumlah alat x biaya operasional per satuan waktu x jumlah waktu ditambah biaya mobilisasi dan demobilisasi (jika ada) dan pengembalian nilai investasi pembelian alat.

3.      Pekerjaan pasangan tembok
Pasangan tembok ½ bata dengan luluhan 1PC : 4 Ps, volumenya = 245m2.
Anggaran biaya untuk pekerjaan pasangan tersebut adalah sbb:

a.      Analisa harga satuan
Nama Bahan
Jumlah
Harga
Jumlah Harga
Bata merah
70 bh
Rp.200
Rp.14.000
Cement Portland
14,370 kg
Rp.1000
Rp.14.370
Pasir pasang
0,040 m3
Rp.120.000
Rp. 4.800
Upah kerja
1 m2
Rp.15.000
Rp.15.000
Jumlah
Rp.48.170
b.      Biaya bahan dan upah = 245 x Rp.48.170 = Rp.11.801.650
c.       Biaya alat bantu kerja ditaksir = Rp. 650.000
d.      Jadi jumlah biaya pasang tembok = Rp.11.801.650 + Rp. 650.000 = Rp 12.451.650

4.      Pekerjaan beton
Kolom beton pada bangunan lantai 1 berukuran 40 x 60 cm dengan ketinggian 360 cm berjumlah 16 buah, menggunakan besi 10 Ø 16 dengan sengkang Ø 8 yang dipasang jarak 20 cm. Bekisting menggunakan multiplek tebal 12 mm. Anggaran biaya untuk pekerjaan kolom tersebut adalah sebagai berikut:

a.      Biaya bekisting
Bekisting direncanakan untuk digunakan 3 kali pengecoran, jadi untuk 16 kolom perlu dibuatkan 6 buah bekisting dengan anggaran sbb:


 Nama Bahan
Jumlah
Harga
Jumlah Harga
Multiplek 12 mm
18 lbr
Rp.14.0500
Rp.2.529.000
Rangka kayu 3/5 x 4 m
75 lonjor
Rp.18.000
Rp.135.0000
Balok skor  5/7 x 4m
24 lonjor
Rp.42.000
Rp.1.008.000
Paku
1,50 kg
Rp.9.000
Rp.13.500
Patok 4/6 cm x 4m
6 lonjor
Rp.28.800
Rp.172.800
Upah kerja pembuatan
43,2 m2
Rp. 20.000
Rp.864.000
Minyak oli
5liter
Rp.50000
Rp.25.000
Upah bongkar & pasang
16 buah
Rp.12.500
Rp.200.000
Jumlah
Rp.6.162.300
b.      Biaya pembesian
Biaya pembesian beton dihitung sbb:
Panjang besi tulangan termasuk untuk overstack = 460 cm, sehingga 1 lonjor besi dapat menjadi 2,50 batang tulangan. Jadi kebutuhan besi tulangan Ø 16 mm = (10 x 16) : 2,50 = 64 lonjor.
Panjang besi beugel = 174 cm, sehingga 1 lonjor dapat menjadi 6 buah beugel dengan sisa sepanjang 156 cm (dapat dimanfaatkan untuk beugel balok atau kolom yang lebih kecil.
Jadi kebutuhan besi Ø 8 mm = (18 x 16) : 6 = 48 lonjor

Nama Bahan
Jumlah
Harga
Jumlah Harga
Besi Ø 16 mm
64 lonjor
Rp.135.000
Rp8.640.000
Besi Ø 8 mm
48 lonjor
Rp.33.750
Rp.1.620.000
Kawat baja
13 kg
Rp.11.000
Rp.143.000
Upah kerja
1310kg
Rp.1.100
Rp.1.441.000
Jumlah
Rp.11.844.000

c.       Biaya pengecoran beton
Biaya pengecoran beton 1 PC : 1,5 Ps : 2,5 Kr dihitung sbb:
Volume beton = 16 (0,40 x 0,60 x 3,60) = 13,825 m3
Analisa harga satuan

Nama Bahan
Jumlah
Harga
Jumlah Harga
Cement Portland
400 kg
Rp.1000
Rp.400.000
Pasir beton
0,480 m3
Rp.125.000
Rp.60.000
Kerikil pecah mesin
0,800 m3
Rp.150.000
Rp.120.000
Upah kerja
1 m3
Rp.90.000
Rp.90.000
Jumlah
Rp.670.000
Jadi biaya pengecoran beton = 13,825x Rp.670.000 = Rp.9.262.750
d.      Biaya perawatan beton
Biaya perawatan beton ditaksir I pekerja selama 6 hari (6 oh)
 = 6 x Rp.30.000 = Rp.180.000

Total anggaran untuk pekerjaan beton = Rp.6.162.300 + Rp.11.844.000 + Rp.9.262.750 + Rp.180.000 = Rp.27.449.050

Harga beton bertulang per m3 = Rp.27.449.050 : 13,825 = Rp1.985.465